DOMPU, INSANCHANNEL.COM – Salah seorang anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Repebulik Indonesia, Drs. H. Lalu Suhaimi Ismy mengungkapkan, tidak ada di dunia ini yang memiliki fondasi dan pedoman Pancasila seperti yang dimiliki bangsa Indonesia. Oleh karena itu Pancasila tidak boleh dipres menjadi trisila apalagi menjadi ekasila.
“Untuk menolak itu semua, kepatuhan, kehormatan dan disiplin kita untuk saling menghormati,” ungkap Drs. H.L. Suhaimi Ismy, Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Republik Indonesia pada acara sosialisasi empat Pilar Kebangsaan, Kamis (12/1/2023) di Café Laberka Dompu.
Salah satu anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) wakil NTB di senayan ini lebih lanjut mengakui, suhu politik di tahun politik ini tentu berpengaruh pada dinamika kehidupan masyarakat. Untuk itu ia menghimbau masyarakat untuk tidak ikut-ikutan dalam memuja-muja seseorang kemudian mendiskreditkan yang lainnya.
“Kita tunggu tanggal mainnya, mana yang menurut kita yang terbaik yang kira-kira akan mampu membawa kemashlahatan bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia,” tandasnya.
Menurut mantan Kepala Kantor Kementerian Agama Propinsi NTB ini paparnya, dalam memilih pemimpin harus juga melihat bagaimana agama seorang pemimpin itu. Karena kata dia, siapapun pemimpin dalam tingkatan yang paling rendah sampai yang paling tinggi sekalipun, kalau dia punya semangat keagamaan atau dia punya jiwa keagamaan yang bagus, maka sudah dapat dipastikan ia akan menjadi pemimpin yang jujur yang amanah dan dapat membawa kesejahteraan dan kemajuan bagi masyarakat.
“Tetapi kalau agamanya kurang tentu banyak hal yang akan terjadi,” tandasnya pada acara yang dihadiri oleh sekitar seratusan undangan dari berbagai elemen masyarakat ini seraya menekankan tentang pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa dan tidak terpengaruh dengan isu-isu yang masif yang disebarkan melalui media-media sosial.
Tokoh asal Lombok Tengah ini juga mengajak masyarakat Bumi Nggahi Rawi Pahu untuk tetap menjaga kekompakan untuk menunjukkan bahwa betapa Islam itu Ya’lu wala yu’la alaihi (mulia di sisi Allah).
“Oleh karena itu amaliah dari pengamalan agama juga adalah ujud kita ber-Pancasila,” tandasnya sembari menambahkan, tidak hanya sekedar mengaku diri Aku Pancasila dan NKRI Harga mati tapi dalam prakteknya menyebarkan kebencian.
NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) Harga Mati itu menurut anggota MPR dari unsur DPD RI ini, artinya kita harus betul-betul saling hormat menghormati tidak ada diantara kita yang saling mencela apalagi saling menfitnah.
“Itu arti daripada Aku Pancasila, NKRI Harga Mati,” paparnya seraya menambahkan lagi, bukan sebaliknya. (amn)