DOMPU, INSANCHANNEL.COM – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) perwakilan Provinsi NTB tandatangani Momorandum of Understanding (MoU) atau nota kesepahaman dengan STIE dan STKIP YAPIS Dompu untuk program pendampingan mahasiswa peduli stunting. Mahasiswa dan dosen dituntut berkontribusi dalam menangani stunting di Dompu. Bahkan dosen diberi ruang penelitian tentang stunting di Dompu dengan pembiayaan tidak terbatas.
Plt Kepala BKKBN Provinsi NTB, Drs Samsul Anam, MPH pada acara penandatanganan MoU dengan STIE Yapis Dompu, Selasa (4/4/2023) kemarin, mengungkapkan target pemerintah pada tahun 2024 menjadi satu dari lima negara hebat di dunia. Pada tahun itu, dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, maka semua produk, semua hasil bumi dikelola oleh negeri sendiri untuk kesejahteraan anak negeri. Untuk bisa mewujudkan itu, anak – anak yang lahir saat ini hingga lima tahun akan datang, tidak boleh ada yang stunting.
“Kenapa? Karena anak – anak yang stunting itu, pertumbuhan otaknya sangat terbatas. Neuron – neuron (sel saraf) di kepalanya itu sedikit. Anak – anak stunting, disekolahkan pun tidak bisa juara. Kalau dikuliahkan, paling mentok IP-nya 2,1. Padahal untuk bisa jadi doktor IP-nya di atas 3,” katanya.
Melalui MoU dengan kampus YAPIS Dompu, pihaknya memberikan tantangan kepada mahasiswa yang melakukan KKN dan dosen melakukan penelitian. Kepada dosen, dengan MoU ini bisa minta rekomendasi di BKKBN untuk mengikuti kompetisi penelitian dan membuat proposal dengan pembiayaan yang sangat tidak terbatas. “Silahkan berkompetisi. Kami akan menandatangani, merekomendasikan. Tetapi apa yang diteliti, apa yang menjadi output penelitian berdasarkan evidence based (berdasarkan bukti), praktis masalah yang ada di Dompu, berkaitan dengan upaya menanganani stunting,” ungkapnya.
Untuk mahasiswa yang dikenal sangat kreatif dan inovatif agar berkreasi. Karena saat ini BKKBN sedang mengkompetisikan tulisan, video, film pendek yang namanya GoLanTang (go Lansia Tangguh). Para mahasiswa bisa mengikuti kompetisi itu dengan hadiah yang cukup menarik. Selain uang tunai, akan diajak jalan – jalan ke Palembang. “Intinya kita berharap, mahasiswa di lapangan, dorong bagaimana stunting diimplementasikan dan kita semua berkontribusi mewujudkan Indonesia emas,” harapnya.
Kepala Dinas PPKB Kabupaten Dompu, Hj Iris Juwita, SKM, MMKes pada kesempatan yang sama menyampaikan, pihaknya bersama STIE dan STKIP Yapis sudah bekerjasama cukup lama untuk program pengendalian penduduk dan KB, termasuk program penurunan stunting. Ketika penerimaan mahasiswa baru dan mahasiswa KKN, Dinas PPKB memberikan sosialisasi serta edukasi soal kesehatan reproduksi dan penanganan stunting.
Untuk percepatan penanganan stunting, di Kabupaten Dompu sudah terbentuk tim yang melibatkan lintas SKPD dan diketuai wakil Bupati Dompu. Di kecamatan diketuai Camat, di desa/kelurahan diketuai Ketua TP PKK desa/kelurahan. Di desa/kelurahan juga ada tim yang melakukan pendampingan terhadap kelompok beresiko yaitu ibu, calon pengantin, ibu yang mempunyai baduta dan balita.
Tim pendamping ini terdiri dari bidan desa, kader posyandu, kader KB. Pendampingan ini dengan mengisi aplikasi elsini (aplikasi siap nikah, siap hamil). Karena fokus penanganan stunting sekarang dilakukan dari hulu hingga hilir. Beda dengan sebelumnya hanya di hilir oleh Dinas Kesehatan.
“Target kita di tahun 2024, diharapkan kasus stunting ada di 14 persen. Sekarang masih di atas 24 persen se Indonesia. Di NTB sendiri ada 32 persen, dan di Dompu menurut status gizi ada di 34 persen. Oleh sebab itu, perlu kerja keras kita semua, terutama mahasiswa karena ada di keluarga, bisa juga melakukan advokasi ke lingkungan sekitar dan warga,” harapnya.
Selain itu, berdasarkan Impres No 3 tahun 2022 untuk mengoptimalisasi kampung keluarga berkualitas di masing – masing desa sudah terbentuk dan jalan. Di Dompu saatini baru terbentuk 32 persen desa/kelurahan. “Tahun ini akan dinaikan ke 50 sampai 60 persen harus jadi kampung keluarga berkualitas. Percepatan penurunan stunting menjadi visi akhirnya,” katanya.
Ketua STKIP dan STIE Yapis Dompu, Dr Dodo Kurniawan, SE, MM dalam laporannya menyampaikan, jumlah mahasiswanya di dua kampus ini ada 3 ribu lebih orang. 1.500an orang mahasiswa STKIP dan 1.600an mahasiswa di STIE. “Pada tahun 2022 lalu kita sudah melaunching sebagai kampus relawan stunting. Itu bagian dari MoU kita dengan Pemda Dompu, dimana kampus berkontribusi bagi pembangunan daerah,” katanya.
Selain itu, KKN tahun 2022 lalu di 5 kecamatan se Kabupaten Dompu, pihaknya juga melakukan edukasi dan meningkatkan literasi terkait stunting, sermasuk pemberian makanan tambahan bagi balita. Selain itu, untuk menerapkan program merdeka belajar dan kampus merdeka, pihaknya fokus pada penanganan stunting, serta penanganan kekerasan yang melibatkan anak sebagai korban maupun pelaku. “Para mahasiswa mulai siapkan diri terutama memahami stunting,” kata Dodo. (vin/*)