DOMPU, INSANCHANNEL.COM – Sebanyak 3 ribuan tanaman jagung petani di Kabupaten Dompu terancam gagal panen akibat curah hujan yang terbatas. Terlebih tanaman jagung ini berada di area tadah hujan, sehingga pemerintah tidak maksimal mengintervensi.
Namun pemerintah daerah (Pemda) tengah mengupayakan agar para petani mendapat bantuan bibit untuk musim tanam berikutnya dan penundaan pembayaran cicilan kredit di lembaga keuangan. Hal itu disampaikan Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Dompu, Muhammad Syahroni, SP, MM, Senin (26/2/2024).
Dikatakan Syahroni, curah hujan yang terbatas di beberapa wilayah Kabupaten Dompu berdampak pada komoditi pertanian khususnya tanaman jagung. Karena rata – rata tanaman jagung di musim hujan berada di area tadah hujan dan sepenuhnya mengandalkan air hujan untuk pengairannya.
“Kalau di irigasi teknis bisa dibantu (dengan mesin pompa air). Karena berada di daerah tadah hujan, yang bisa dilakukan, kita data mereka untuk diusulkan musim tanam tahun berikutnya diprioritas mendapat bantuan bibit,” ungkap Syahroni.
Ia juga mengaku, telah menemui beberapa kepala desa yang wilayahnya terkena dampak kekeringan. Para kepala desa ini meminta untuk diperjuangkan, agar para petani mendapat keringanan dalam pembayaran cicilan. Karena hampir 80 persen petani menggunakan pinjaman bank untuk modal usaha bertani. “Mereka berharap ada penundaan pembayaran kreditur. Saya sudah sampaikan ke Sekda untuk mengupayakan ini. Walaupun itu menjadi ranah kebijakan perbankkan,” jelas Syahroni.
Syahroni juga mengungkapkan, perkiraan panen komoditi jagung pada Maret – Mei 2024. Di akhir Februari hingga awal Maret diperkirakan ada spot – spot tanaman jagung yang mulai dipanen. Menjelang masa panen ini, harga cenderung menurun seiring ketersediaan barang di gudang.
Berdasarkan pantauan petugas informasi pasar (PIP) Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Dompu, harga jagung di lokasi antara Rp.5.700 – Rp.6.000 per kg dan di tingkat pengecer sekitar Rp.7 ribu per kg. Begitu juga dengan gabah kering panen pada petani sekitar Rp.7 ribu hingga Rp.7.100 per kg dan kering giling Rp.8.600 per kg. “Ada kecenderung harga menurun akibat barang sudah mulai tersedia di gudang,” terangnya.
Fluktuasi harga akibat mekanisasi pasar ini diharapkan mendapat intervensi pemerintah melalui pengawasan terhadap penggunaan timbangan. Dengan harapan, petani mendapatkan jumlah timbangan yang pas atas barangnya.
“Ini kembali ke komitmen gudang. Kalau tidak diawasi, namanya orang mengejar keuntungan sebanyak – banyaknya. Sehingga dibutuhkan komunikasi pemerintah dengan gudang (pengusaha) melalui pengawasan terhadap alat (timbangan). Itu menjadi ranahnya Perdagangan,” terangnya. (02ic/*)