MATARAM, INSANCHANNEL.COM – Pasangan suami istri Prof. Dr. Abdul Wahid, M.Ag, M.Pd dan Prof. Atun Wardatun, M.Ag, M.A, Ph.D, keduanya merupakan dosen tetap pada Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram akan dikukuhkan sebagai guru besar masing-masing bidang Antropologi Agama dan Bidang Hukum Keluarga Islam pada Rabu, 16 Nopember 2022 di Auditorium UIN Mataram.
![](https://insanchannel.com/wp-content/uploads/2022/11/Abdul-Wahid-dan-Atun-Wardatun-Akan-Dikukuh-Jadi-Guru-Besar-211x300.jpg)
“Pidato juga akan kami sampaikan berdua, karena itu satu naskah tetapi integrasi keilmuan kami berdua,” ujar Prof. Atun Wardatun, M.Ag, M.A, Ph.D, guru besar UIN Mataram kepada insanchannel.com, Senin (7/11/2022) melalui telepon selulernya di Mataram.
Wanita tangguh kelahiran Bima ini menyampaikan pidato pengukuhan bersama sang suami dengan judul: ‘Heterarki Masyarakat Muslim Bima (dan) Indonesia: Dari Quasi Hegemoni ke Kolektif Agensi’. Untuk itu ia mengucapkan syukur atas prestasi yang diraih ini. “Alhamdulillah, jika langkah kecil kami bisa membanggakan dana ro rasa (kampung halaman-Red),” jujurnya ketika dimintai komentar seputar prestasi yang ditorehkan ini.
Bagi Atun Wardatun, guru besar sebenarnya adalah pencapaian wajar saja dari seorang dosen. “Tetapi bagi kami karena dilewati dengan kesulitan dan tantangan terutama musibah yang sempat menimpa Aba Wahi (Prof. Dr. Abdul Wahid, sang suami-Red) menjadi luar biasa,” paparnya sembari berharap, semoga hal ini menjadi inspirasi bagi anak-anak kami dan generasi muda Mbojo. Ia juga mengakui, dibalik penganugerahan ini menunggu tugas yang lebih besar lagi yaitu bagaimana menjadi manusia yang bermanfaat dengan karya-karya yang lebih serius.
Ketika ditanya tentang kilas balik tentang “musibah” menimpa suami tercinta Prof. Dr. Abdul Wahid, M.Ag, M.Pd Wanita yang sehari-hari menjabat sebagi Ketua LP2M UIN Mataram ini berkisah tentang musibah pada saat mereka berdua sedang studi S3 yang membuat suaminya kehilangan sebelah mata. “Jangan kan sampai ke tahap ini (guru besar-Red), ke tahap menjadi Doktor aja rasanya tidak mungkin,” jujurnya seraya mengakui, musibah yang terjadi pada 30 januari 2013 ini membuatnya trauma kalau cerita detail lagi tapi sudah jadi satu buku dengan judul; “Bukan Satu Mata”
Untuk itu, wanita yang juga aktivis perempuan di NU berpesan kepada generasi muda bahwa semangat dan konsistensi adalah kunci bagi kesuksesan. “Bagi pasangan yang berkarir, kemitraan dan kesalingan adalah syarat agar bisa melangkah dan bersinar bersama,” ujar ibu dari tiga putra dan satu putri dan telah menunaikan ibadah haji ini . Keempat putra putri kebanggaannya itu masing-masing; Aqara Waraqain (ASN di Kantor Bea Cukai Tanjung Perak Surabaya) sekarang sedang melanjutkan Kuliah di PKN STAN, putra kedua bernama Ara Wali, mahasiswa semetster awal di Universitas Al Azhar Kairo Mesir, putra ketiga bernama Aribal Waqi, siswa MAN Insan Cendekia Pekalongan, dan terakhir srikandi bernama Anama Waheeba, siswi SD kelas 1 Abata Kota Mataram. (nas)