Simpan dulu teori para dokter dan ahli gizi tentang manfaat dan pentingnya buah. Buah-buahan ternyata memiliki dalil teologis untuk dianggap sebagai kebutuhan dasar dan utama bagi manusia. Tidak tanggung-tanggung, risalah penting dan istimewanya buah tersirat dalam doanya sesepuh para nabi: Ibrahim a.s.

Ketika “babat” tanah Makkah, nabi Ibrahim curhat kepada Allah bahwa beliau dan keluarganya tinggal di lembah tandus nan gersang tanpa tanaman dan pepohonan (Ibrahim:37). Namun demikian, di ayat yang sama, beliau meminta kepada Allah agar melimpahkan kepada penghuni lembah itu rizki berupa buah-buahan (At-tsamarat).
Bagaimana bisa ada buah di lembah tandus dan gersang? Nabi Ibrahim tentu tahu, pepohonan pun tidak tumbuh di sana, maka sulit dibayangkan akan ada beraneka macam buah. Tapi beliau berdoa agar Allah memberi rizki buah-buahan. Beliau tidak meminta kebun-kebun. Beliau langsung minta buah-buahan.
Doa yang sama juga dirapalkan nabi Ibrahim di ayat 126 Surah Al-Baqarah. Di sana, selain memohon agar Allah menjadikan negeri tandus itu menjadi tempat yang aman, beliau juga memohon agar penghuninya diberi rizki berupa buah-buahan.
Apa hikmah doa Nabi Ibrahim ini?
Di sini jelas tersirat betapa Nabi Ibrahim menganggap penting buah-buahan. Beliau menganggapnya sebagai kebutuhan pokok yang harus diutamakan dan didahulukan. Lihat, doa itu beliau rapalkan pada fase babat tanah makkah. Ketika keadaan masih sangat sederhana. Maka ketika pada kondisi seperti itu beliau berdoa meminta buah-buahan, itu artinya buah adalah kebutuhan dasar yang harus ada dan lebih dulu terpenuhi sebelum kebutuhan-kebutuhan lain.
Sebagai kebutuhan dasar manusia, buah bagi nabi Ibrahim setara pentingnya dengan rasa aman. Pesan ini tersirat dalam doa beliau di surah Al-Baqarah: 126). Di sana beliau memohon dua hal kepada Allah untuk penduduk Makkah, yaitu rasa aman dan buah-buahan. Ini senada dengan ayat 4 Surah Quraisy yang menyebut dua kebutuhan dasar manusia, yaitu bebas dari rasa takut dan bebas dari rasa lapar. Tapi doa Nabi Ibrahim lebih spesifik karena bebas dari rasa lapar langsung dikaitkan dengan buah-buahan. Seakan-akan dalam benak beliau ada rumus: kalau lapar ya buah-buahan. Bukan daging bukan roti.
Nabi Ibrahim bahkan tidak hanya menganggap buah-buahan penting, tapi juga istimewa. Ini tersirat ketika beliau memohon kepada Allah agar rizki berupa buah-buahan itu dilimpahkan khusus kepada penghuni tanah Makkah yang beriman (Al-Baqarah: 126).
Walaupun nyatanya Allah memberi nikmat buah-buahan juga kepada orang kafir (sebagai kenikmatan sementara), tapi doa nabi Ibrahim ini telah cukup jelas menyiratkan pesan bahwa buah-buahan itu bagi beliau adalah “sesuatu banget”. Beliau adalah sesepuhnya orang beriman, mencintai mereka dan bahkan menyematkan sebutan khusus untuk mereka yaitu “Al-Muslimin” (Al-Haj:78). Maka ketika beliau menginginkan buah-buahan diberikan khusus untuk mereka, itu artinya buah-buahan begitu istimewa.
Pesan buat kita umat Islam: mari mengonsumsi buah. Anjuran dokter dan para ahli gizi agar kita mengkonsumsi buah itu hanyalah stimulus tambahan. Jauh sebelum mereka, Nabi kita Ibrahim a.s. sudah mengajarkan bahwa buah itu penting dan istimewa. Beliau bahkan pernah berdoa kepada Allah agar nikmat buah-buahan ini hanya diberikan kepada orang-orang yang beriman. Termasuk kita-kita ini. Wallahu A’lam.
*Dosen Tetap Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Ampel Surabaya