DOMPU, INSANCHANNEL.COM – Masyarakat kabupaten Dompu didorong untuk meningkatkan kesadarannya memeriksakan kesehatan TB ke fasilitas kesehatan (Faskes) yang ada. Sebanyak 4.464 orang warga Kabupaten Dompu yang dicurigai terjangkit TB dan ditargetkan untuk diperiksa tahun 2022. Namun hanya 1.538 orang yang berhasil diperiksa dan 446 orang diantaranya dinyatakan positif TBC.
Penyakit TBC ini termasuk diantara penyakit yang mematikan dan paling cepat menular. Bila dibandingkan dengan Covid-19, TBC jauh lebih mematikan. Covid-19 itu memperparah bagi orang yang memiliki komorbit (penyakit penyerta).
Proses penyebaran bakteri TB sangat cepat. Bakteri TB ditularkan melalui droplet (air liur) yang terinfeksi di udara. Begitu tetesan (air ludah) ini memasuki udara, siapapun di dekatnya dapat menghirupnya. Sehingga penderita TB dapat menularkan bakteri melalui bersih, batuk, berbicara, dan nyanyi.
“Itulah kenapa dulu ada stigma, penderita TB itu sebagai penyakit keturunan. Karena mereka hidup berdampingan dalam lingkungan rumah dan penderita sering membuang dahak atau ludah sembarangan, sehingga virusnya menjangkiti anggota keluarga,” kata kepala bidang P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Dompu, Hj Maria Ulfah, SST, M.Kes, Senin (10/1/2023).
Dinas Kesehatan Kabupaten Dompu bersama dokter spesialis sempat turun ke Puskesmas Dompu timur untuk mendorong peningkatan target capaian pemeriksaan penderita TB. Upaya ini tidak efektif, karena kehadiran dokter spesialis dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memeriksakan semua penyakit. Begitu banyak warga yang diperiksa, hanya 24 orang penderita TB yang didapat.
“Kita mendorong, ketika menderita batuk berdahak lebih dari 6 hari, langsung dibawa periksa ke fasilitas kesehatan agar diperiksa dahaknya. Kalau itu terkait TB, pemeriksaannya itu gratis. Obatnya selama 6 bulan juga gratis,” ungkap Hj Mari Ulfah.
Selama ini, diakui Hj Maria Ulfah, ketika menderita batuk masyarakat enggan memeriksakan kesehatannya ke Faskes. Mereka cenderung langsung beli obat ke apotik. Penyakit TB ini tidak bisa sembuh hanya dengan pengobatan seadanya, tapi harus ada pengobatan rutin. “Kita baru mengetahui mereka ini menderita TBC saat dirujuk ke rumah sakit, itupun sudah TBC lanjut. Artinya kondisinya sudah parah,” jelasnya.
Ketika penderita TB cepat ditangani, kata Hj Maria Ulfah, maka kesempatan sembuhnya sangat besar dan pencegahan penularan dapat dilakukan. Penyakit TBC ini merupakan penyakit yang paling mematikan dan cepat menular. Karena serangannya ke paru – paru begitu cepat bagi mereka yang kondisi fisiknya lemah oleh penderita penderita aktif melepaskan bakteri ke udara. Bakteri TB juga menyerang anggota tubuh lain.
Hj Maria Ulfah mendorong agar warga yang memiliki gejala batuk berhari – hari untuk segera diperiksakan ke fasilitas kesehatan yang ada, sehingga dahaknya diperiksa. Ketika terdeteksi menderita TBC, maka bisa diobati secara rutin selama 6 bulan dan itu gratis. “Mereka juga dapat dicegah untuk menularkan ke anggota keluarga lain,” terangnya. (vin/*)