DOMPU, INSANCHANNEL.COM – Petani di Kabupaten Dompu mulai menkhawatirkan ketersediaan pangan akibat kemarau panjang. Mengantisipasi itu, sejumlah petani ingin mengoptimalkan potensi air yang ada untuk bercocok tanam lebih awal. Namun Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Dompu mengingatkan puncak musim hujan pada Maret 2024 mendatang. Potensi air yang ada pun bisa dioptimalkan selama dikoordinasikan dengan pengamat pengairan.
Suparman, Ketua GP3A sekunder BW pada acara do’a menjelang masa cocok tanam di so Doro Bonto Kelurahan Kandai Satu Dompu, Kamis (2/11/2023) mengatakan, pihaknya akan memulai bercocok tanam dengan menabur bibit padi jelang masa tanam. Pihaknya akan memanfaatkan potensi air yang ada dan tidak akan menunggu turunnya hujan. Karena tahun ini, wilayah Dompu akan mengalami kemarau panjang akibat elnino. “Kalau kita tunggu hujan, kasihan petani tidak ada yang dimakan,” kata Suparman.
Ia mengatakan, potensi air yang ada bisa dimaksimalkan untuk bercocok tanam. Seperti sumber air irigasi teknis, air sumur dalam dan menaikan air sungai untuk irigasi. “Bantuan mesin air dari Dinas Pertanian selama ini, mungkin bisa diinformasikan agar bisa dioptimalkan,” katanya.
Langkah itu dipilih, kata Suparman, karena banyak petani merugi pada masa tanam ketiga tahun 2023. Petani yang menanam kedelai banyak yang gagal panen akibat diserang hama. Kalaupun dipanen, harga jualnya sampai Rp.2 ribu per kg.
Sekretaris Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Dompu, Syahrul Ramadhan, SP pada kesempatan yang sama mengingatkan, puncak musim hujan diperkirakan pada Maret 2024. Sementara untuk menanam padi, dibutuhkan air yang cukup. Sehingga diminta untuk memilih varietas yang berumur pendek dan tidak terlalu boros membutuhkan air.
Ia pun mempersilahkan untuk mengoptimalkan potensi air yang ada untuk irigasi, ketika petani memulai bercocok tanam. “Ketersediaan air, silahkan koordinasi selalu dengan pengamat pengairan. Kalau airnya memungkinkan, silahkan dioptimalkan. Untuk pemanfaatan mesin air, bisa dikoordinasikan lagi,” katanya.
Syahrul juga mengingatkan petani untuk menggunakan cara – cara yang elegan ketika mendapati persoalan. Terlebih menjelang masa tanam, akan ada oknum – oknum yang memanfaatkan situasi terutama dalam penjualan pupuk. “Kalau ada pupuk yang dicurigai palsu atau tidak sesuai kandungannya, silahkan ke kantor. Kita ujikan. Jika terbukti tidak benar, kita usir mereka. Itu lebih baik ketimbang kita ribut – ribut,” harapnya.
Daerah Irigasi (DI) Laju sebagai bagian dari Katua kompleks saat ini memiliki debit air 375 liter per detik. Potensi air ini bisa dimanfaatkan dalam sepekan kedepan setelah para pekerja rehab beberapa wilayah irigasi menyelesaikan sisa pekerjaannya. “Sepekan lagi sudah bisa dialirkan airnya,” kata pengamat pengairan DI Laju. (02ic/*)