DOMPU, INSANCHANNEL.COM – Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Dompu kembali mendorong mekanisasi pada komoditi tanaman padi untuk mempercepat proses penanaman dan menekan biaya produksi. Rice Transplanter (alat tanam padi) dan Combine Harvester (alat panen padi) mulai dihadirkan ke Kabupaten Dompu dari bantuan Kementerian Pertanian tahun 2016, tapi hanya Combine Harvester yang banyak dimanfaatkan petani.
Untuk efektifitas tenaga kerja dan efisiensi biaya usaha tani, mekanisasi pertanian kembali didorong. Kelompok So Alle 3 Desa Ranggo Kecamatan Pajo dijadikan contoh pemanfaatan rice transplanter (alat tanam padi). “Kelompok tani So Alle 3 Desa Ranggo Kecamatan Pajo sudah merasakan manfaat. Sekitar 20 Ha penanaman telah dilakukan dengan menggunakan transplanter,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Dompu, Muhammad Syahroni, SP, MM di Dompu, Selasa (17/1/2023).
Bila dibandingkan penanaman tradisional dan dengan alat rice transplanter, ada penghematan biaya hingga Rp.3 juta per ha. Proses penanaman manual selama ini memakan biaya sekitar Rp.4 – 5 juta per ha, tapi dengan alat ini cukup dengan biaya Rp.1,5 – 2 juta per ha. Padi yang ditanam juga mendapat perlakuan lebih baik ketimbang dengan sim manual. Karena dengan penanaman menggunakan rice transplanter, bibitnya ditabur di atas karung dan langsung diangkat dengan karungnya saat ditanam.
“Sebagai bagian dari ihktiar memasyarakatkan penggunaan rice transplanter, kemarin telah diadakan pertemuan pemanfaatkan teknologi untuk mempercepat proses penanaman dengan menggunakan mesin tanam rice transplanter di kelompok tani So Alle 3 Desa Ranggo Kecamatan Pajo,” ungkap Syahroni.
Sementara untuk pemanfaatan Combine Harvester (alat panen padi), kata Syahroni, mendapat respond yang sangat tinggi. Bahkan pada puncak masa panen, permintaan alat ini sampai tidak bisa dipenuhi. Padahal pemanfaatan kedua alat ini cukup massif disosialisasikan saat awal kehadirannya tahun 2016 lalu. “Dulu saat awal datang alat bantuan dari Kementrian Pertanian, kami mengirim 20an orang petani ke Surabaya di perusahaan yang memproduksi alatnya untuk dilatih,” ungkapnya.
Sehingga beberapa pengusaha memanfaatkan dengan menyiapkan alat ini untuk disewakan secara luas. “Itu berbanding terbalik dengan alsintan rice transplanter. Alat ini penerimaan dan respon masyarakat sangat lambat, bahkan banyak transplanter bantuan tidak termanfaatkan secara optimal,” ungkapnya.
Baik rice transplanter maupun combine harvester, keduanya akan dioptimal kedepan. Sehingga pertanian di Dompu, tidak hanya modern, tapi juga dapat menekan biaya produksi dan dapat mengatasi kekurangan tenaga kerja yang mulai dirasakan petani. “Pemanfaatan alat – alat ini dapat mengatasi kendala tenaga kerja yang mulai dirasakan petani,” terangnya.
Selain itu, anak – anak muda juga tetap mau melirik usaha pertanian. Karena menjadi petani, tidak terlalu capet seperti sebelumnya dan cukup memanfaatkan peralatan pertanian yang ada untuk proses pengolahan hingga proses panen. “Ini yang terus kami dorong,” ungkapnya. (vin/*)