DOMPU, INSANCHANNEL.COM – Kabupaten Dompu menjadi satu – satunya daerah yang memiliki pabrik gula di wilayah NTB. Kendati memiliki pabrik gula, luas tanaman tebu sebagai bahan baku pengolahan gula kristal putih tidak lebih dari 5 ribu ha.
Kondisi ini yang menyebabkan PT Sukses Mantap Sejahtera (SMS) selaku pemilik pabrik gula harus mengimport raw sugar (gula mentah) untuk kebutuhan produksinya. Luas tanaman tebu itu sendiri lebih banyak dari petani mitra yaitu 2.911,62 ha. Sementara potensi lahan untuk ditanami tebu di wilayah Kecamatan Pekat seluas 10 ribu ha.
“Itu di wilayah Pekat saja berdasarkan hasil mapping IPB (Institut Pertanian Bogor) yang diundang PT SMS. Sepuluh ribu ha itu di luar HGU,” kata Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Dompu, Abdul Khair, S.Hut di kantornya, Selasa (10/9/2024).
Dalam beberapa tahun terakhir, Abdul Khair mengaku, tidak ada program perluasan tanaman tebu dari pemerintah (DAK perkebunan). Untuk program rawat raton terhadap tebu rakyat tahun 2024 ini hanya 200 ha, itu pun bersumber dari pokok pikiran (Pokir) anggota DPR RI, H Johan Rosyihan, ST (PKS), dan Dr H Muhammad Syafruddin (PAN).
Untuk perluasan tanaman tebu, petani tidak bisa mandiri dan harus didukung pemerintah. Mulai dari proses penyiapan lahan, bibit, dan pemupukan. Tapi komoditi tebu memiliki potensi usaha yang besar. Sekali ditanam, empat kali dipanen.
Panen pertama rata – rata 60 ton per ha dan puncak masa panennya pada tahun kedua dan ketiga. Yaitu 120 ton hingga 150 ton per ha. Harga per tonnya oleh perusahaan Rp.500 ribu. “Potensinya cukup menjanjikan. Tapi memang, pengembangan tebu tidak bisa mandiri oleh petani, harus ada bantuan, minimal di awal penanaman,” katanya.
Pemerintah melalui Dirjen Perkebunan RI telah melakukan pemetaan dukungan pengembangan tebu rakyat dalam rangka menopang pabrik gula kristal putih. Setiap pabrik gula disuport pemerintah untuk petani mitranya. Di Kabupaten Dompu, NTB disuport untuk program perluasan tanaman tebunya 1.560 ha dan program rawat raton sekitar 1.500 ha.
“Tapi ini perencanaan sampai 2028. Sampai sekarang kita belum dapat. Semoga mulai 2025, kita mendapat dukungan pusat,” harapnya. (02ic/*)