Pakistan, Karachi 21 Juni 1953 merupakan tempat dan tanggal lahir perempuan yang sering dijuluki “Putri Sang Timur” yang merupakan perempuan pertama pemimpin pemerintahan Negara Islam Pakistan. Perempuan tersebut bernama Mohtarma Benazir Bhutto atau lebih sering dikenal dengan nama Benazir Bhutto. Ia merupakan anak dari Ali Bhutto dan Nusrat Ishapani.

Benazir Bhutto hidup di dalam suasana keluarga yang sangat memperhatikan kesetaraan gender, dalam keluarga Bhutto kedudukan anak laki-laki dan perempuan setara. Ayah Benazir mempunyai prinsip untuk memberikan pendidikan kepada anak-anak perempuan mereka. Ia juga mendorong anak-anaknya untuk mengenyam pendidikan di universitas terbaik di seluruh dunia.
Benazir Bhutto mengenyam pendidikan dasar dan menengah di sekolah-sekolah Katolik ala Inggris di Pakistan. Selanjutnya Benazir diterima di Radcliffe College, Harvard University pada bulan April 1969 dan lulus pada tahun 1973 dengan gelar dalam ilmu politik. Masih pada tahun yang sama setelah kelulusannya ia melanjutkan belajar ke Lady Margaret Hall Inggris di Universitas Oxford dengan bidang filsafat, politik dan ilmu ekonomi. Setelah lulus Benazir bertekad bahwa ia akan pulang dan membawa hak asasi manusia untuk rakyat Pakistan. Dan Benazir ingin perempuan di Pakistan dapat melampaui bidang domestiknya agar mampu untuk berkembang, maju dan mendobrak budaya Patriarki yang selama ini menyelimuti perempuan Pakistan.
Pada tahun 1987 di Karachi Benazir menikah dengan Asif Ali Zardadi yang juga seorang politisi. Pada tahun 1988 negara Pakistan mulai menyelenggarakan pemilu setelah 11 tahun penyelenggaraan pemilu telah dihapus. Tentunya, keputusan tersebut disetujui oleh Presiden Zia-ul-Haq seorang yang sudah menjatuhkan ayah Benazir Bhutto dengan tuduhan pembunuhan dan penghiatan kepada negara yang akhirnya mengantarkan Ali Bhutto kepada tiang gantungan. Keputusan Presiden Zia tersebut ternyata menjadi umpan yang dimakannya sendiri karena Benazir berhasil membangun kembali partainya serta berhasil membangun oposisi untuk menentang presiden Zia. Benazir berjuang dengan menggugat Mahkamah Agung agar semua partai termasuk partainya diizinkan untuk ikut berpartisipasi dalam dunia politik dan mengikuti pemilu. Hasilnya, gugatan tersebut dikabulkan oleh Mahkamah Agung dan Pada tahun 1988 Benazir bersama PRP (Partai Rakyat Pakistan) memenangkan jumlah kursi terbanyak dengan total peraihan 94 dari 207 kursi di majelis nasional.
Pada tanggal 2 Oktober 1988, Benazir dilantik sebagai perdana menteri. Benazir menduduki posisi perdana menteri dengan usia termuda yaitu 35 tahun. Dan Benazir menjadi perempuan pertama dalam sejarah yang memimpin Negara Islam. Benazir berhasil menunjukkan pada dunia bahwa perempuan juga mampu untuk melakukan perubahan. Ia pun melakukan banyak perubahan terutama untuk perempuan di negaranya dengan menunujuk beberapa perempuan untuk turun ke kabinet dan mendirikan kementrian perkembangan perempuan. Benazir mulai untuk menegakkan kesetaraan gender di negaranya. Dan memberikan hak pendidikan bagi perempuan di Pakistan. Namun pada bulan Agustus tahun 1990 Benazir harus lengser dari posisinya sebagai perdana menteri karena presiden Ghulam Ishaq Khan menyetujui laporan Witch Hunt dan memecatnya. Laporan tersebut berisikan tentang persetujuan presiden terhadap sepasukan penasehat hukum untuk pengajuan 19 tuduhan korupsi terhadap Benazir dan suaminya sehingga pemerintahan Benazir pun harus dibubarkan. Namun setelah dijatuhi tuduhan dan hukuman dan dibebaskan, Ia kembali lagi ke ranah politik pada Oktober 1993. Pada tahun 1993 perdana menteri Nawas Syarif tersandung kasus korupsi sehingga presiden Ghulam Ishaq Khan memecatnya. Benazir kembali lagi ke panggung politik dengan mengikuti pemilu bersama Partai Rakyat Pakistan dan hasilnya ia dan partainya berhasil memenangkan pemilu. Jadi, Ia kembali lagi menjadi perdana menteri untuk yang kedua kalinya periode 1993-1996.
Jika melihat kondisi sosial budaya di Pakistan maka Benazir merupakan seorang pribadi yang terlahir dari keluarga terpandang dan kaya raya. Benazir dapat menikmati hidup sebagai perempuan kaya dengan latar belakang pendidikan yang tinggi sehingga ia dapat meneruskan kuliah sampai ke luar negeri, namun kehidupan yang dijalani oleh Benazir bukan merupakan cerminan dari kondisi sosial perempuan Pakistan pada umumnya. Kondisi yang dialami perempuan Pakistan sangat berbanding terbalik dengan kondisi kehidupan yang dijalani oleh Benazir Bhutto, dimana tidak semua perempuan di Pakistan dapat mengenyam pendidikan dan mereka masih terjebak dalam budaya patriarki.
Sebagai seorang perdana menteri di Negara Islam yakni Republik Islam Pakistan, Benazir sangat sensitif terhadap tuduhan yang mengklaim bahwa Islam melarang perempuan untuk turun ke dunia politik. Menurutnya hukum Islam tidak memberikan posisi yang lebih rendah terhadap perempuan. Bagi Benazir, posisi antara keduanya sama, keduanya sama-sama berperan untuk menjaga keutuhan rumah tangga serta aktif di tengah-tengah kehidupan masyarakat dan mengambil peran dalam jabatan pemerintahan. Perempuan juga mampu untuk menjadi subjek dalam kebijakan, tidak hanya selalu menjadi objek dalam suatu kebijakan. Ketika masih ada yang beranggapan bahwa perempuan tidak mampu untuk turun di tengah-tengah masyarakat dan tidak boleh terlibat dalam pengambilan keputusan, maka ada yang salah dengan interpretasi Islam. Jika menengok kembali pada sejarah Islam banyak perempuan yang mampu berkontribusi dan membangun kehidupan publik.
Dalam merealisasikan kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan intelektualitas perempuan di Pakistan, Benazir tidak hanya fokus pada pendidikan formal saja tetapi juga pendidikan non formal. Pada masa pemerintahannya, Benazir Bhutto mewajibkan wajib belajar untuk seluruh rakyatnya meliputi semua kelas dan kedua jenis kelamin. Ia mengadakan kebijakan National Policy For Women yaitu merupakan kebijakan yang secara khusus untuk menaungi pengembangan dan pemberdayaan perempuan di Pakistan. Agar perempuan bisa mengembangkan diri untuk lebih maju dan keluar dari tradisi Patiarki. Ia membangun lebih dari 18.000 sekolah dasar dan sekolah menengah di kota maupun desa.
Dan pada tanggal 4 November 1996 pemerintahan Benazir berakhir sebagai perdana menteri. Meskipun harus lengser dari jabatan perdana menteri dengan kesan yang buruk yakni karena kasus korupsi namun bagaimanapun juga Benazir Bhutto sudah banyak berkontribusi dalam meningkatkan intelekualitas perempuan di Pakistan. Ia merupakan seorang perempuan pertama yang berani melawan kebudayaan di Pakistan yang menganggap perempuan lebih rendah dari pada laki-laki. Ia tidak hanya menjadi inspirator bagi perempuan Pakistan saja, namun juga menginspirasi para perempuan di dunia bahwa perempuan berhak untuk mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya masing-masing tanpa dibatasi oleh gender.*

_________________________
*Penulis adalah Mahasiswa Pasca Sarjana Program Studi Hukum Keluarga IslamUniversitas Islam Negeri Mataram